WWW.KEMERUH.COM |
|
Tips Menjadi Ibu Tiri Yang Baik dan di cintai sang anak2
orang tua tiri Menjadi orang tua tiri tentu bukan hal yang mudah. Belum lagi ditambah dengan tekanan bahwa Anda adalah 'orang luar' bagi keluarga pasangan. Namun yang tersulit, Anda harus menghadapi keinginan-keinginan anak tiri yang terkadang melewati batas.
Kebanyakan dari mereka merasa cemburu ketika sang ayah atau ibunya menemukan pasangan hidup lain, dan mereka sering merasa Anda akan mengambil orang tuanya dari mereka. Kenyataan yang terberat adalah ketika mereka mengaku membenci Anda karena berpikir Anda mencoba menggantikan orang tua mereka sendiri.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui cara yang tepat dalam menghadapi masalah ini agar anak tersebut tidak merasa diasingkan dan timbul rasa hormat kepada Anda sebagai orang tua barunya. Berikut tips, seperti yang dikutip dari eHow Family.
1. Bicarakan Segalanya Secara Baik-Baik
Hindari memaksakan anak untuk menyelesaikan masalah secara terburu-terburu dengan Anda. Seorang anak dapat mengartikan tekanan semacam ini sebagai kecaman dan akan membuat mereka menjadi bersikap defensif, atau bahkan menarik diri sama sekali.
2. Cobalah Lebih Terlibat Dalam Kehidupan Sang Anak
Libatkanlah diri Anda ke dalam kehidupan anak tersebut. Menunjukkan ketertarikan pada minat dan hobi mereka adalah pendekatan yang paling baik agar Anda dapat menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan mereka. Mengantarkan mereka ke tempat tujuan aktifitasnya, merupakan salah satu cara yang paling jitu dalam hal ini.
Anda dapat menciptakan suasana dengan mendengarkan saluran radio favoritnya dan berdiskusi tentang hal-hal yang menarik baginya. Percakapan yang tidak dipaksakan bisa membantu cairkan ketegangan ketimbang berbicara dengan percakapan yang terlalu dibuat-buat.
3. Perlakukanlah Ia Sebagai Sahabat
Membangun hubungan perteman dengan anak tiri memberikan peluang yang baik bagi Anda untuk mengambil hatinya. Biarkan kepercayan dan keyakinan antara satu sama lain tumbuh dengan sendirinya tanpa perlu dipaksakan, dengan cara berbagi pengalaman menarik yang pernah kalian alami. Anda juga bisa mengajaknya terlibat dalam obrolan ringan seperti film apa yang sedang diputar di bioskop atau gaya berpakaian seperti apa yang sedang tren, dan sebagainya. Bersabarlah dan pilih waktu yang tepat untuk menggunakan pendekatan ini.
4. Jagalah Hubungan Anda dan Orang Tua Kandungnya
Bangunlah hubungan yang baik antara Anda dan orang tua kandung anak tersebut. Hindarilah sikap kurang nyaman dan hapuskanlah perasaan bersalah yang mungkin muncul ketika Anda sedang bersama ibu atau ayah kandungnya. Perilaku semacam itu dapat menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada sang anak apabila Anda adalah 'orang luar' di keluarganya.
5. Yakinkan si Anak Anda Bukanlah Sang Pengganti
Pastikan si anak mengetahui dengan jelas bahwa Anda bukanlah pengganti orang tua kandungnya atau orang lain dalam hidup mereka. Bersikaplah lembut namun tegas, seolah-olah Anda menyampaikan kepada si anak bahwa Anda sekarang adalah bagian dari keluarganya namun bukan untuk menggantikan posisi siapapun.
Meyakinkan sang anak bahwa Anda akan selalu menyayanginya dan membantunya ketika ia membutuhkan adalah bentuk pesan secara tidak langsung bahwa Anda akan selalu ada untuk mendukunnya. Menghilangkan ancaman bahwa Anda adalah seorang pengganti dan 'orang luar' bagi keluarganya akan sangat membantu untuk membuka hati sang anak dan menerima Anda.
Seputar Ibu Tiri
Ibu Tiri Mitos 'ibu tiri jahat' memang seringkali menakutkan bagi anak sehingga ia berusaha membentengi dirinya dan menjaga jarak terhadap pasangan baru orangtuanya.
Berbeda dengan ibu tiri, ayah tiri jarang memperoleh stigma sebagai 'ayah tiri jahat', karena mereka cenderung menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan anak-anak dibandingkan ibu tiri.
Sehingga, masalah yang dialami antara ayah tiri-anak cenderung lebih sedikit dibandingkan masalah anak dengan ibu tirinya. Munculnya citra negatif ibu tiri jahat tidak terlepas dari banyaknya dongeng yang menceritakan penderitaan seorang anak ketika ia terpaksa harus tinggal bersama orangtua tiri dan saudara-saudara tiri yang membencinya.
Hal ini menyebabkan munculnya stereotype di masyarakat bahwa munculnya orang baru, terutama orangtua tiri dalam keluarga dapat menjadi suatu hal yang mengerikan dalam kehidupan seorang anak.
Penulis buku Intimate Relationship, Huh Kyungok mengatakan di mata anak ibu tiri adalah orang yang jahat dan menakutkan. Sehingga jika ada mama baru sulit mereka akan membentengi diri dan butuh waktu yang tidak cepat untuk menerimanya.
Perubahan yang terjadi ketika orangtua menikah lagi memang akan mempengaruhi kondisi psikologis anak secara keseluruhan. Apalagi jika hal ini terjadi secara tiba-tiba, sudah pasti anak akan merasa shock.
Akibatnya, seringkali anak terlibat masalah, mulai dari mogok sekolah, melakukan kenakalan, mengurung diri, hingga kabur dari rumah. Belum lagi rasa bersalah yang menghinggapi mereka jika perpisahan orangtuanya akibat perceraian, yang tidak mudah terhapus begitu saja.
Menurut Emily Visher dan John Visher, psikolog dan psikiater, penulis buku Stepfamilies: a Guide to Working with Stepparents and Stepchildren, Minggu (13/2/2011) ada suatu karakteristik keluarga tiri yang harus dipahami oleh orangtua tunggal yang ingin menikah lagi, yaitu bahwa hubungan orangtua kandung-anak memiliki sejarah yang lebih panjang dan ikatan yang lebih kuat dibandingkan hubungan orangtua tiri-anak.
Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena seringkali orangtua tiri dianggap sebagai penyusup atau orang luar yang masuk ke dalam keluarganya. Akibatnya, anak akan berusaha membentengi dirinya terhadap orangtua atau saudara tirinya.
Selain itu, sebagian anak di keluarga tiri memiliki ikatan dengan dua rumah tangga dengan dua peraturan yang berbeda. Hasilnya, struktur hubungan dalam keluarga tiri menjadi lebih kompleks dibanding keluarga kandung.
Seringkali anak mengalami kebingungan karena peraturan-peraturan yang ada di dalam keluarga ayahnya mungkin berbeda dengan peraturan di keluarga ibunya. Ditambah lagi bila ternyata orangtua tiri membawa anak dari perkawinan sebelumnya, sehingga membutuhkan penyesuaian yang lebih mengenai peraturan dan perannya dalam keluarga.
Ketakutan-ketakutan Anak pada orangtua tiri
Anak Takut Ibu Tiri 1. Ketakutan yang paling besar yang akan muncul adalah anak akan merasa terjebak dalam peraturan keluarga yang baru, konflik, serta larangan-larangan yang mungkin berbeda dengan yang dipegang oleh keluarganya yang dulu.
2. Ketakutan lain adalah kehadiran orangtua baru akan menggantikan posisinya di mata ayah atau ibu kandungnya. Anak merasa takut bila perhatian dan rasa sayang dari ayah atau ibu kandungnya akan berkurang karena adanya pasangan baru, bahkan mungkin anak tiri yang dibawa oleh pasangannya.
3. Anak pun takut kalau pada akhirnya menyukai orang tua tirinya, ia akan menyakiti perasaan salah satu orangtua kandungnya.
4. Selain itu, anak juga memiliki ketakutan yang besar bila keluarga barunya suatu hari akan mengalami perpisahan lagi, sehingga ia akan kembali merasakan perasaan sakit dan kehilangan yang mendalam seperti yang sebelumnya ia rasakan dengan keluarga kandungnya.
Di sinilah peran penting orangtua untuk memberi pemahaman dan penjelasan kepada anak mengenai kondisi yang dialami keluarga, serta apa yang akan terjadi dengan keluarganya ke depan dengan adanya perubahan struktur keluarga.
Tips Mempersiapkan Anak Untuk Menerima Kehadiran Orangtua Tiri
Ibu Tiri Baik 1. Sosialisasikan kepada anak.
Sosialisasi tahap awal dapat dimulai dengan mengenalkan anak kepada 'teman' papa atau mama. Namun, yang perlu diingat oleh orangtua adalah bahwa prosesnya tidak akan mudah. Anak menghadapi kenyataan bahwa ada orang lain yang akan menggantikan posisi ayah atau ibunya. Sang 'teman' ini akan dianggap sebagai 'penyusup' atau intruder dalam kehidupan keluarganya.
2. Proses pendekatan yang efektif.
Anak usia remaja lebih sulit untuk bisa menerima kehadiran 'teman' orangtua, dibanding ketika anak belum menginjak usia remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan proses pendekatan yang lebih lama dan efektif untuk dapat mendekatkan hubungan antara anak remaja dan 'teman' orangtuanya.
Apalagi, menurut William M. Pinsof dan Jay L. Lebow dalam buku Family Psychology: The Art of Science, remaja yang tinggal dengan keluarga tirinya memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan beresiko seperti penggunaan obat-obatan terlarang, minum alkohol, dan melakukan seks di usia muda. Dengan demikian, proses sosialisasi dan pendekatan hubungan antara remaja-orangtua tiri menjadi lebih lama dan rumit.
3. Menjalin hubungan yang berkualitas.
Selain proses awal, 'teman' papa atau mama ini butuh banyak waktu untuk menjalin hubungan yang berkualitas dengan anak sebelum nantinya mereka akan menikahi orangtua kandung si anak. Menurut Mario, faktor kedewasaan tiap orang dan kualitas hubungan dalam keluarga berperan penting terhadap mulus atau tidaknya proses ini.
Tips Menaklukan Anak Tiri
Ibu Dan Anak Tiri IBU tiri, selalu digambarkan sebagai orang jahat. Imej negatif ini terlanjur melekat di benak sebagian orang. Belum lagi apabila anak beranggapan ibu tirinya adalah musuh atau pesaing dalam berebut perhatian dan cinta ayah. Namun anggapan tersebut perlu diluruskan. Ibu tiri tidaklah sejahat yang dibayangkan.
Seperti Arindah (bukan nama sebenarnya). Menikahi seorang duda beranak satu bukanlah impian Arindah. Namun ternyata dirinya menikahi duda beranak satu yang telah menjadi suaminya selama tiga tahun.
"Istri calon suami saya meninggal karena sakit. Setahun kemudian suami menikahi saya agar dapat merawat anaknya yang berusia lima tahun," ceritanya.
Sebelum menikahi suaminya, Arindah memutuskan untuk merawat anak tirinya seperti anak kandungnya sendiri. Namun banyak tantangan yang harus dilewatinya. "Awalnya sangat sulit membangun kepercayaan anak tiri. Mungkin karena pengalaman saya masih kurang, bawaanya si kecil ikut neneknya terus," ujarnya.
Namun lama-kelamaan anak tiri Arindah pun mulai mendekat. Buah kesabaran yang ditunjukkan berhasil. "Hampir setahun dia baru mendekat ke saya. Awalnya kalo dekat dianya sering pukul-pukul saya. Saya pernah menangis dibuatnya. Namun berkat pengertian yang diberikan nenek dan ayahnya akhirnya sikapnya mulai berubah," tuturnya.
"Ketika saya mengandung anak pertama saya. Anak tiri saya sangat semangat dan mau menjadi kakak terbaik bagi adiknya," ungkapnya.
Pengalaman Ini juga dirasakan Calis (bukan nama sebenarnya). "Saya menikahi seorang duda dengan anak laki-laki. Awalnya si kecil menolak memanggil mama dan terus memanggil tante. Apa pun yang saya lakukan selalu ditolaknya. Bahkan pernah membanting piring makanannya,"ceritanya.
"Terkadang saya habis kesabaran melihat sikapnya dan melayangkan pukulan. Hal ini sangat saya sesali, hubungan kami semakin jauh," ujarnya. Namun kedekatan mulai terjalin ketika si kecil sakit demam berdarah.
"Saya merawatnya dan tidur bersamanya hingga dia sembuh. Perlakuan itu membuat si kecil sedikit demi sedikit mulai berubah dan alhamdulillah si kecil mulai dekat dengan saya," ungkapnya.
Menurut Evy Rakryani, Psikolog Batam Medical Center, sudah menjadi stereotipe di sebagian orang, seorang ibu tiri dicap negatif.
"Hal ini terjadi karena ibu tiri ini masuk dalam suatu keluarga tidak secara alami. Beda dengan seorang ibu yang menikahi suaminya dan memiliki anak dari buah pernikahan mereka. Hubungan tersebut terjadi secara alami," ujarnya.
Wanita yang akrab dipanggil Evy menjelaskan kehadiran ibu tiri di mata sang anak terkesan akan mengganggu, bahkan merebut perhatian sang Ayah.
"Hal ini dapat dimengerti. Sang anak menjadi protektif dan menganggap ibu tiri sebagai pengganggu," ungkapnya.
Di sini dituntut kebesaran hati seorang ibu tiri untuk menghadapinya. Ini adalah konsekuensi menjadi seorang ibu tiri yang harus mau menerima suami satu paket dengan anaknya.
"Bagi anak, ibu kandung mereka akan selalu mendapatkan tempat spesial di hatinya, seperti halnya sang ayah. Jadi sebagai pendatang baru, menjadi teman dari anak-anak suami Anda adalah pilihan yang bijaksana.
oy ooyyy .....www.kemeruh.com
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar